Wednesday 26 August 2009

Kacang Mente (Cashew Nut)

biji mente atau cashew nuts




Kemarin habis makan jambu monyet, di kantor aku naruh kacang mentenya di meja. Trus datang teman sekantor ke mejaku dan melihat.

Dia tanya ' Ini apa sih?'. Lho???
Aku sampai kaget sendiri mendengar pertanyaannya.
'Ini kan mente', jawabku.
'Oooooooo...bentuk aslinya seperti ini tho??' tanya temanku lagi keheranan
'Emang kamu nggak pernah lihat mente asli?' aku masih nggak percaya.
'Aku tahu mente, tapi nggak tahu kalau bentuk aslinya seperti ini. Trus ini diapain kok bisa jadi putih putih seperti yang dijual itu?' Gubrak !!!

Kok ada, orang yang seumuranku nggak ngerti bentuk asli mente ya? heheh...Peace,Nan !

Jaman aku kecil dulu, jambu monyet banyak sekali ditanam orang di rumah dan dijual di pasar. Tapi beberapa puluh tahun terakhir ini memang sudah jarang. Konon para pemilik perkebunan jambu monyet menyetorkan hasil buahnya langsung ke perajin mente untuk diambil mentenya saja. Jauh lebih menguntungkan menjual kacang mente yang sekilo harganya sekitar Rp 60,000 (kalau dekat lebaran gini malah lebih mahal lagi) daripada menjual bersama buahnya yang sekilo paling mahal hanya Rp 15,000. Di samping itu tidak banyak orang yang menyukai rasa jambu monyet yang manis manis sepet dan bikin tenggorokan sakit.

Di sekitar rumahku kadang ada 1 orang bapak tua yang sering menjajakan buah buahan langka seperti jambu monyet, juwet, kawis (yang biasanya dibuat syrop) dan kenitu (atau Sawo Jowo) secara bergantian, tergantung musim. Menjualnya dengan pikulan, tidak banyak, paling hanya 5 - 7 kg sekali bawa. Jambu monyetnya juga nggak besar besar seperti yang dulu sering aku temukan di masa kecilku dan dijual per 10 (per-jinah, dalam bahasa Jawa). Sejinahnya Rp 7,500, ditambah bonus 1 biji. Tapi sudah cukup melepaskan rinduku pada masa lalu. Sayang si Bapak ini tidak sering lewat.

Jadi kangen Endah, temen SDku di Semarang dulu yang punya pohon jambu monyet besarrrrrrr sekali di depan rumahnya di bukit Sanggung, Candi. Kalau sudah berbuah, sepohon penuh dengan jambu yang berwarna orange, besar besar dan manis. Enak banget (menurut 'lidah anak SD'ku waktu itu) Dan seringnya, kalau sedang berbuah banyak, aku dan teman teman main kerumah Endah, rujakan jambu monyet. Pulangnya kami masih dibekali jambu monyet lagi plus mente mentenya. Di rumah, mentenya aku titipkan kedalam setrika arang si mbok pembantu rumah kami. Waktu mente sudah matang terbakar kulitnya, tinggal dipukul pukul sebentar dan dimakan isinya. Enak, rasanya manis. Tapi aku dan saudara saudaraku harus sembunyi sembunyi makan jambu monyet dan mente ini. Kalau ketahuan Papie pasti dimarahin, karena habis makan pada sakit tenggorokan. Kalau ketahuan Mamie, dimarahin juga, karena baju yang disetrika jadi bau bakaran mente..heheh..

Nah, jahatnya, kalau Endah ngajakin kami main kerumahnya, kami pasti tanya dulu 'Jambu mentene metu, rak? Nek rak metu,wegah ah (Jambu monyetnya berbuah nggak? Kalau nggak berbuah, males, ah)'..soalnya, walaupun dekat dengan sekolahan, rumah Endah ada di atas bukit, agak agak cape juga kalau pulang sekolah, panas panas, naik kesana tapi nggak disuguhin jambu monyet...heheh...where are you now, En?

**lagi ngetik ini, ada temen lain lagi yang melihat menteku dan bertanya 'Ini apa, mbak?? Beton ya??' (beton adalah biji Nangka). Halahhhh....**

7 comments:

Camelia said...

Aaaahh...jadi kangen!!! dulu waktu kecil, tetangga depan rumahku punya pohon jambu monyet. Aku suka dikasih, tapi paling 2 biji gitu, mungkin dikira aku gak suka, padahal doyaaaaaaannn.... hiks. Masih ingat sepetnya, tapi paling suka aromanya...kayaknya mesti tanam sendiri kali yaaa...

Hanna said...

Betul,Lia tanam sendiri pasti asyik, walaupun harus nunggu bertahun tahun untuk berbuah ya. Sayangnya aku cari bibit pohonnya di beberapa kebun bibit di Surabaya tidak ada, kalau dari biji pasti lama banget.. :(

mamaray said...

hahaha... itu kan buah "ndeso"... jambu mente enak juga dibikin rujak...(membayangkan jaman masih kecil di sebuah deso di Tanggulangin)... Salam kenal, Mbak...

Hanna said...

Salam kenal juga, Mamaray,

Betul, selain buah ndeso, termasuk buah langka juga sekarang ya.

Ah, berbahagialah kita yang sempat menikmati buah yang dari daun sampai bijinya sangat bermanfaat ini. Daunnya dulu suka aku 'ronce' jadi topi raja atau rok..heheh..tambah ndeso maneh iki yo.. :)

hanna

Anonymous said...

salam kenal dr Gresik..
Jambu monyet ini juga kegemaran saya lho...emang banyak kok orang yg gak faham dengan buah ini. Baru2 ini rujakan sama temen kantor, aku kasih jambu monyet, dan tak bilang enak, tapi harus hati-hati ya makannya. eh ternyata banyak temen seng keselak..dan langsung batuk2, karena air jambu ini serik banget di tenggorokan.

Hanna said...

Halo, Gresik.. :D

Iya bener, kalau maemnya kesusu dan nggak pinter gampang kesedak. Kakakku dulu kalo mau makan jambu monyet, setelah dipotong potong, diperes dulu buang airnya, hasilnya memang jadi penyet dan jelek gitu, tapi aman, nggak kesedak :)

.:hanna:.

Gita Sonya Margareta Soedjito said...

Hehehe.. jadi ikutan kangen juga mbak.... dulu saya juga sering "ngobong" menthe di halaman belakang sekolah SMA saya di Mojokerto...

Salam kenal ya mbak... ^_^
Gita Sonya MS